Setiap 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Asal-usulnya terkait dengan peristiwa gerakan satu Oktober atau G 30 S/PKI. Bagi warga NU, pada 1 Oktober ada momentum kelahiran dan wafatnya dua tokoh besar yang terkait dengan pergerakan organisasi dan dunia literasi.
Pada 1 Oktober 1919 lahir KH Saifuddin Zuhri di Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Pada 1 Oktober 1995, wafat H Mahbub Djunaidi di Bandung, Jawa Barat.
KH Saifuddin Zuhri mengenal NU sejak kecil dimulai dari Nashihin NU, melihat dan mengamati langsung pergerakan para kiai di kampungnya yang kemudian menjadi pengurus-pengurus NU. Kiai Saifuddin kemudian mengikuti jejak mereka dengan turut serta aktif di Gerakan Pemuda Ansor, menjadi pengurus Konsul NU Jawa tengah, hingga kemudian menjadi salah seorang pengurus PBNU.
Di masa perjuangan merebut kemerdekaan, ia aktif di kelaskaran, di samping menjadi jurnalis. Menurut Ensiklopedia NU, menjadi jurnalis telah dimulai sejak kecil. Sembari sekolah, ia nyambi menjadi wartawan dan koresponden dengan beberapa media. Ia menjadi koresponden surat kabar Pemandangan yang terbit di Jakarta. Di Solo, yang saat itu menjadi kota pusat pergerakan, ia banyak meliput peristiwa politik. Ia juga membantu surat kabar berbahasa Jawa Darmogandul serta Kantor Berita Antara.
Selain ke koran-koran tersebut, tulisannya dikirim ke Berita Nahdlatoel Oelama yang waktu itu dikelola KH Mahfudz Siddiq di Surabaya dan Suara Ansor. Puncak karirnya dalam bidang jurnalistik, ketika ia memimpin Duta Masyarakat, koran yang diterbitkan Nahdlatul Ulama.
Di antara karya tulis KH Saifuddin Zuhri adalah Palestina dari Zaman ke Zaman (1947), Agama Unsur Mutlak dalam Nation Building (1965), KH Abdul Wahab Chasbullah: Bapak dan Pendiri NU (1972), Guruku Orang-orang dari Pesantren (1974), Berangkat dari Pesantren, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (1979), Kaleideskop Politik di Indonesia (3 jilid, 1981), Unsur Politik dalam Dakwah (1981), Secercah Dakwah (1983), dan Berangkat dari Pesantren (1987).
KH Saifuddin Zuhri pernah menjadi Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Kerja III, Kabinet Kerja IV, Kabinet Dwikora I, Kabinet Dwikora II, dan Kabinet Ampera I. Ia wafat pada umur 66 tahun.
Sementara H Mahbub Djunaidi lahir di Jakarta, 1933. Ia mengenal NU sejak kecil. Ayahnya, KH Djunaidi, merupakan tokoh NU yang hadir sejak Muktamar NU keempat di Semarang pada 1929. Di tahun-tahun berikutnya ia rutin menjadi peserta atas nama penghulu Jakarta.
H. Mahbub Djunaidi pada masa remajanya aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Kemudian menjadi Ketua Umum pertama Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sebuah organisasi mahasiswa yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa NU pada tahun 1963. Kemudian aktif di GP Ansor. Hampir lembaga dan badan otonom NU, Mahbub menjadi salah seorang pengurusnya, misalnya di Pertanu dan Lesbumi. Kemudian menjadi pengurus PBNU hingga masa akhir wafatnya sebagai salah seorang mustasyar.
Mahbub Djunaidi dikenal sebagai seorang wartawan, esais, sastrawan, politikus. Sejumlah karya ia lahirkan Dari Hari ke Hari (novel autobigrafi, 1975) Politik Tingkat Tinggi Kampus, (1978) Maka Lakulah Sebuah Hotel (, novel,1978) Di Kaki Langit Gunung Sinai (terjemahan karya Mohamed Heikal, 1979), Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah (terjemahan karya Michael H. Hart, 1982), Cakar-Cakar Irving (terjemahan karya Art Buchwald, 1982), Lawrence dari Arabia (terjemahan karya Philiph Knightly, 1982), 80 Hari Berkeliling Dunia (terjemahan karya Jules Verne, 1983), Angin Musim (novel, 1985), Kolom Demi Kolom (kumupulan tulisan di majalah Tempo, 1986), Humor Jurnalistik (kumpulan tulisan di sejumlah media, 1986), Mahbub Djunaidi Asal Usul (kumpulan tulisan di koran Kompas, 1996).
Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad
Discussion about this post