Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ibarat samudera. Keluasan ilmu dan kedalaman pandangan beliau seperti tak pernah habis untuk ditimba dan digali. Semuanya selalu menarik untuk diceritakan. Seperti buku yang berada di tangan Anda ini, Cahaya dari Nusantara, yang oleh penulisnya dengan apik didedahkan menjadi untaian mutiara yang berhasil beliau kumpulkan.
Habib Muhdlor as-Segaf menuturkan telah belasan tahun mengumpulkan mutiara-mutiara ini, satu demi satu, lalu menyuguhkannya ke hadapan Anda. Beliau juga memilihkan mutiara terindah dari sekian banyak mutiara yang berhasil beliau kumpulkan. Maka, sebagai sesama murid Abah (demikian kami memanggil beliau), kami ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira atas upaya yang telah dilakukan Habib Muhdlor, sehingga oleh karenanya kita semua dapat lebih dekat mengenal Abah.
Tidak banyak orang yang sedekat Habib Muhdlor dengan Abah. Habib Muhdlor sering terlihat dimana Abah berada. Maka, tentu tidak mengherankan bila beliau mencatat begitu banyak tentang Abah. Beliau juga menyimpan begitu banyak peristiwa menarik dan unik yang terjadi saat bersama Abah. Anda akan menemukannya di dalam buku ini.
Sebelas bab tentang Abah yang coba disusun penulis merupakan intisari perjalanan bersama seorang guru. Penulis sangat detil mengcapture bahkan sampai soal hiasan foto di dinding rumah. Kebiasaan minum kopi dan kegemaran Abah berkalung tasbih dan menghiasi jari dengan cincin dan batu permata juga tidak luput dari catatan penulis.
Abah adalah orang yang gigih membela ide-ide nasionalisme, kebhinnekaan dalam bingkai NKRI. Beliau adalah tokoh besar, mulai dari Rais ‘Am Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN), sebuah organisasi tarekat di Indonesia, Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya juga seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden (biasa disingkat Wantimpres). Selain itu, beliau juga Ketua Organisasi Sufi Dunia. Walaupun demikian, Abah tetap tidak suka protokoler. Abah lebih memilih menikmati kebersamaan dengan umat.
Pada bab kedua penulis ingin bercerita tentang keseharian Abah di rumah. Abah selalu menjaga wudhunya, gemar bercanda dengan keluarga dan yang paling terlihat adalah Abah orang yang paling sayang kepada keluarga. Abah juga sangat apik membagi waktu, selalu memiliki waktu untuk membaca dan menulis walaupun rumah beliau selalu ramai dengan tamu yang datang silih berganti.
Membaca buku ini kita akan merasa makin dekat dengan Abah. Penulis berhasil dengan baik memaparkan kebiasaan Abah yang tidak dapat dilihat langsung oleh kita karena keterbatasan waktu dan ruang bersama Abah.
Habib Muhdlor as-Segaf juga tidak lupa menuliskan perjalanan keilmuan Abah, termasuk tentang sanad dan bai’at thoriqoh, sanad dan ijazah memakai imamah sampai kepada sanad Abah berlatih pencak silat. Nampak penulis tidak ingin ketinggalan sedikitpun menuliskan kesan yang beliau temui dan catat.
Pada sisi lain buku ini kita akan banyak menjumpai peritiwa-peristiwa unik tentang Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Seluruhnya dicatat dengan baik oleh penulis. Mulai dari cerita rumah yang terbakar hangus namun foto Abah yang tak tersentuh api, wali yang tubuhnya menjadi banyak, sampai kepada kebiasaan abah yang mengeluarkan zakat fitrah dalam jumlah yang sangat banyak.
Buku tentang Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ini bisa dibilang cukup lengkap, terutama bagi kita yang penasaran dengan perjalanan sejarah beliau. Saya meyakini buku ini adalah bukti cinta seorang murid kepada gurunya. Seperti dawuh Abah, “Jika cinta kepada Gurumu, maka jaga Gurumu dengan perbuatanmu, ucapanmu dan tulisanmu.”[Hasbullah]
Discussion about this post