“Ilmu itu adalah anugerah terbesar setelah kenabian”, itulah kalimat hikmah yang pernah disampaikan Sufyan ibn Uyainah seperti yang termaktub dalam kitab Irsyadussari karya KH Hasyim Asy’ari.
Sedangkan, Ka’bul Akhbar berkata, seandainya pahala majelis ta’lim itu ditampakkan, maka orang-orang akan berperang berebut untuk datang ke majelis ta’lim. Orang-orang yang berkuasa akan meninggalkan kekuasaannya, orang-orang yang berdagang akan meninggalkan dagangannya. Begitu besar dan mulianya ilmu, ulama, muallim,dan majelis ta’lim itu. “Maka dari itu, Mbah Hasyim mewanti-wanti untuk menata niat mencari ilmu dengan lurus karena Allah SWT agar pahala ilmu tidak batal dan amal tidak terhapus,”
Adapun contoh niat belajar dan mengajarkan ilmu yang benar adalah apa yang dipaparkan al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith mengutip dari al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Niat ini hendaknya dibaca setiap kali belajar atau mengajar. Demikian penjelasannya:
جاء في تثبيت الفؤاد عن الحبيب عبد الله بن علوي الحداد رضي الله عنه ونفعنا به فيما ينويه الداعي إلى الله ويقال عند الدرس قال ينوي بقلبه التعلم والتعليم والمذاكرة والتذكير والنفع والانتفاع والاستفادة والإفادة والحث على التمسك بكتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم والدعاء إلى الهدى والدلالة على الخير ابتغاء وجهه ومرضاته وقربه وثوابه سبحانه وتعالى
“Dalam kitab Tatsbit al-Fuad, dari al-Habib Abdulllah bin Alwi al-Haddad tentang niatnya orang yang mengajak ke jalan Allah, dan niat ini dibaca saat dars (belajar/ mengajar), beliau berkata: ‘Hendaknya meniatkan dalam hati untuk belajar dan mengajarkan, saling berdiskusi dan mengingatkan, memberi manfaat dan mengambil manfaat, mengambil faedah dan memberi faedah, mendorong untuk berpegangan dengan kitab Allah dan sunah Rasul-Nya, mengajak kepada petunjuk, menunjukan kepada kebaikan, karena mencari ridha-Nya, kedekatan dengan-Nya dan pahala-Nya” (al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawi, hal. 670).
Discussion about this post