Tidak ada manusia yang bebas dari ujian. Hanya saja bentuk dan kadar ukurannya setiap manusia berbeda-beda. Ada besar, berat, sedang, kecil, ringan atau biasa-biasa saja. Ujian atau musibah bisa datang kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja. Setiap manusia juga menyikapinya berbeda-beda.
Allah SWT berfirman:
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا
Dia Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk, 67: 2).
ونبلوكم بالشر والخير فتنة والينا ترجعون
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’, 21: 35).
Karena itu Ibn Abbas berkata sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya ulumuddin bahwa sabar menurut al-Qur’an hanya ada tiga macam. Pertama, sabar kepada kewajiban-kewajiban Allah. Kedua, sabar menghindar dari larangan Allah swt. Ketiga, sabar terhadap musibah Allah swt. dan kesabaran ketiga inilah yang memiliki derajat paling luhur. Dari ketiga bentuk ini Imam al-Qusyairi dalam kitabnya meyebutkan bahwa sabar ada dua macam, yaitu sabar terhadap sesuatu yang sedang diupayakan dan sabar terhadap sesuatu yang ada tanpa diupayakan. Sabar terhadap sesuatu yang diupayakan adalah sabar dalam meniti syariat yang diperintahkan Allah swt. dan menghindarkan diri dari larangannya.
Diantara sabar dalam konteks ini adalah selalu menekuni fardhu yang lima pada setiap awal waktu. Bersabar menjalankan shalat sunnah dhuha, meskipun kondisi ekonomi belum menandakan perubahan. Tetap menadhulukan shalat berjama’ah meskipun teman sekitar mengajak makan siang. Ataupun juga berusaha menolak ajakan rekan untuk mencari kesenangan. Berusaha menghindarkan diri dari berjumpa kemaksiatan dan juga memilih hidup tetap sederhana dari pada berfoya-foya. Mengenai hal ini kisah kesabaran Nabi Ibrahim dalam menyembelih anaknya merupakah tamsil yang sesuai.
Bagaimana nabi Ibrahim sabar mentaati perintah Allah, dan Nabi Ismail sabar menghadapi hal yang tidak diinginkannya. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Sementara sabar terhadap apa yang tidak diupayakan adalah mengkondisikan diri tetap segar, bugar dan berseri menghadapi segala yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Discussion about this post