Ketahuilah, bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang dan melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong Shiddiqun. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang melawan hawa nafsunya.” (Bidayatul Hidayah, hlm. 61)
(والمجاهد من جاهد هواه) أي من زجر نفسه عن اتّباع شهواته بالصّبر والتّوطين علي إيثار الخير وفي رواية الترمذي وابن حبّان المجاهد من جاهد نفسه اي قهر نفسه الادارة بالسّوء علي فعل الطّاعة وتجنب المعصية وجهادها أصل كلّ جهاد فإنّه لو لم يجاهدها لم يمكنه جهاد العدوّ كذا أفاده العزيز….. (مراقي العبوديه: 61 )
Dalam riwayat Tirmidzi dan Ibnu Hibban, Mujahid ialah orang yang berjihad melawan hawa nafsunya, yakni menekan nafsunya yang buruk untuk melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. Jihad melawan hawa nafsu adalah puncak dari semua jihad, karena jika tidak bisa memeranginya, maka tidak bisa memerangi musuh.
Ada sepuluh jendral-jendral hawa nafsu, diantaranya: dengki, sewenang-wenang, sombong, dendam, tipu daya, was-was, melawan perintah, buruk sangka, dan suka mendebat (Muraqil Ubudiyah, Hal. 61).
Ketika engkau bermaksiat sesungguhnya engkau melakukan maksiat dengan anggota badanmu, padahal ia merupakan nikmat dan amanat Allah yang diberikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah dalam rangka bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat terhadap amanat yang dititpkan Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan yang melampaui batas. Anggota badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka perhatikan dengan baik bagaimana kamu menggembalakan mereka. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (Bidayatul Hidayah, hal. 61)
وعلم أنّ جميع أعضائك ستشهد عليك في عرصات القيامة بلسان طلق ذلق تفضحك به علي رؤوس الخلائق… (بداية الهدايه: في اجتناب المعاصي: 62 )
Ketahuilah, bahwa semua anggota badanmu akan menjadi saksi atasmu pada hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan menyingkap rahasiamu di hadapan semua makhluk. Allah SWT berfirman, “Pada hari kiamat lidah, tangan, dan kaki mereka akan menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan” (QS. An-Nur: 24).
Ketika mulut terkunci betapa banyak kedzaliman tertutup oleh fasihnya lisan bicara. Berapa banyak keburukan terpoles oleh indahnya susunan kata-kata. Ada lagi yang merasa aman bertingkah dosa, lantaran bisa sembunyi dibalik manisnya lidah kata-kata. Membantah, meski jelas-jelas bersalah. Bermain kata untuk menutupi dusta, dan tak jarang mencari kambing hitam untuk mengalihkan tuduhan dosa kepada orang lain. Korupsi harta yang bukan miliknya, manipulasi data agar berbeda dengan aslinya, dan semisalnya adalah contoh betapa banyak kejahatan ini terselubung oleh pandainya seseorang beralasan dengan lisannya. Akan tetapi, akan ada saatnya kelak, di mana lisan tak kuasa lagi bicara, tak mampu memungkiri kejahatan yang dilakukan sekujur tubuhnya. Dan seluruh tubuh tak lagi berpihak pada keinginan manusia, tapi menurut dan taat, kepada perintah Rabbnya. (Idah Mahmudah/harakahislamiyah)
Discussion about this post